MENGKAJI HASIL STRATEGI.
Wayan Supadno.
*" Dulu, saat Perang Dunia ke ll. Seorang Komamdan memimpin pertempuran, dikirim dan diterjunkan dengan pesawat jumlah 600 prajurit. Berangkat jam 2.00 pagi hari, perjalanan 2 jam ditargetkan jam 4.00 proses penerjunan prajurit. Agar sergapan tuntas. Ternyata karena ke arah timur beda waktu, saat di tempat tujuan sudah jam 6.00 pagi. Alhasil 70% prajurit gugur saat di atas ditembaki musuh dari bawah di pagi hari yang terang. Dampak strateginya tercipta 420 an istri prajurit jadi janda, 930 an anak prajurit jadi yatim. Itulah dampak fatal jika salah keputusan strategi dari Komandan ". ujar Danrindam l/BB 22 tahun silam.*
Pada kehidupan sehari - hari sesungguhnya banyak contoh konkret dari arti strategi, misal :
1. Seseorang kebiasaannya bukan investasi atau memutar dana pada usahanya, tapi menabung hingga jumlah sangat banyak. Tanpa disadari bahwa inflasi dengan bunga bank tabungan relatif sama. Artinya kurun waktu tertentu berikutnya nilai sesungguh aset yang dimiliki tambahnya akan sangat sedikit, jalan di tempat bahkan akan turun. Tentu dampak manfaatnya tidak maksimal.
Sisi lain aset (dana) nya yang di bank dikaryakan pihak lain lagi, diutangkan oleh pihak bank. Nah di di situlah secara tidak langsung usaha mereka, nilai asetnya dibesarkan oleh para penabung. Akhirnya yang mengkaryakan dana (bank maupun yang diutamgi bank) tumbuh dengan pesatnya. Lalu nilai manfaat kehidupannya terjabarkan lebih luas lagi.
2. Sebuah keluarga, kebiasaannya bukan mendidik dan melatih anak cucunya untuk berusaha hidup mandiri. Hanya terus dan terus menumpuk aset (harta) nya hingga besarnya berlebihan. Tanpa disadari bahwa seberapa banyak kekayaan hartanya jika tanpa mendidik menumpuk " kekayaan mental dan intelektual " calon penerusnya. Proses regenerasi. Maka cepat lambat akan menuai masalah serius.
Karena yang bisa mengamankan dan mengembangkan nilai aset agar tambah manfaatnya adalah mutu manusia yang meneruskannya. Bukan aset hartanya. Sehingga tak mustahil pada kurun waktu tertentu aset yang teramat banyak tersebut akan terbeli oleh insan mandiri karena hasil " pembangunan manusia yang sesungguhnya ". Sekalipun insan mandiri tersebut dari nol warisan akibat hartanya habis untuk mendidik putra putrinya.
*Berubah jadi karakater gemar menanam juga bagian dari sikap strategis, memprediksi dan mengantisipasi di hari nanti. Kami juga bersyukur jadi bagian dari kelompok yang ikut berubah gemar dan mengajak ramai - ramai menanam.*
Salam Kemandirian 🇮🇩
Pak Tani
Wayan Supadno.
*" Dulu, saat Perang Dunia ke ll. Seorang Komamdan memimpin pertempuran, dikirim dan diterjunkan dengan pesawat jumlah 600 prajurit. Berangkat jam 2.00 pagi hari, perjalanan 2 jam ditargetkan jam 4.00 proses penerjunan prajurit. Agar sergapan tuntas. Ternyata karena ke arah timur beda waktu, saat di tempat tujuan sudah jam 6.00 pagi. Alhasil 70% prajurit gugur saat di atas ditembaki musuh dari bawah di pagi hari yang terang. Dampak strateginya tercipta 420 an istri prajurit jadi janda, 930 an anak prajurit jadi yatim. Itulah dampak fatal jika salah keputusan strategi dari Komandan ". ujar Danrindam l/BB 22 tahun silam.*
1. Seseorang kebiasaannya bukan investasi atau memutar dana pada usahanya, tapi menabung hingga jumlah sangat banyak. Tanpa disadari bahwa inflasi dengan bunga bank tabungan relatif sama. Artinya kurun waktu tertentu berikutnya nilai sesungguh aset yang dimiliki tambahnya akan sangat sedikit, jalan di tempat bahkan akan turun. Tentu dampak manfaatnya tidak maksimal.
Sisi lain aset (dana) nya yang di bank dikaryakan pihak lain lagi, diutangkan oleh pihak bank. Nah di di situlah secara tidak langsung usaha mereka, nilai asetnya dibesarkan oleh para penabung. Akhirnya yang mengkaryakan dana (bank maupun yang diutamgi bank) tumbuh dengan pesatnya. Lalu nilai manfaat kehidupannya terjabarkan lebih luas lagi.
2. Sebuah keluarga, kebiasaannya bukan mendidik dan melatih anak cucunya untuk berusaha hidup mandiri. Hanya terus dan terus menumpuk aset (harta) nya hingga besarnya berlebihan. Tanpa disadari bahwa seberapa banyak kekayaan hartanya jika tanpa mendidik menumpuk " kekayaan mental dan intelektual " calon penerusnya. Proses regenerasi. Maka cepat lambat akan menuai masalah serius.
Karena yang bisa mengamankan dan mengembangkan nilai aset agar tambah manfaatnya adalah mutu manusia yang meneruskannya. Bukan aset hartanya. Sehingga tak mustahil pada kurun waktu tertentu aset yang teramat banyak tersebut akan terbeli oleh insan mandiri karena hasil " pembangunan manusia yang sesungguhnya ". Sekalipun insan mandiri tersebut dari nol warisan akibat hartanya habis untuk mendidik putra putrinya.
*Berubah jadi karakater gemar menanam juga bagian dari sikap strategis, memprediksi dan mengantisipasi di hari nanti. Kami juga bersyukur jadi bagian dari kelompok yang ikut berubah gemar dan mengajak ramai - ramai menanam.*
Salam Kemandirian 🇮🇩
Pak Tani
Comments
Post a Comment