Skip to main content

Galaunya Sarjana Pertanian untuk Menempuh Jalurnya

KAUM MILENIAL, TAMPILLAH DAN JANGAN RAGU MELANGKAH

*Sering kali saya tersenyum bahkan tertawa jika ada anak muda sarjana pertanian atau peternakan tidak yakin dengan masa depannya jika menggeluti usaha sesuai ilmunya, lalu ingkar dari profesinya.  Majulah tanpa ragu ! Itu sering kali saya suarakan dengan lantang tanpa ragu di berbagai kesempatan. Karena saya punya dasar yaitu telah banyak yang sukses jadi owner (pemilik) usaha pribadinya. Merekalah pemilik masa depan bangsa.*

Bahkan tak jarang saya harus menguraikan satu per satu nama dan alamat lengkap pelakunya. Saat mengajar atau narasumber acara seminar atau sejenisnya yang bernuansa motivasi kewirausahaan.


 Hampir semua usaha yang dimiliki oleh ahlinya " beda dengan yang lainnya ", bagai obor dalam kegelapan, bagai simpul masyarakat baru. Itu saya sampaikan agar jadi ilmu hikmah empiris jika mau diambil jadi bekal langkah pertamanya.  


Mereka tampil beda dalam mengukir prestasinya.
Misal saja :

1. Rizal Fahreza (Sarjana Pertanian). Pemilik Agrowisata di Kab. Garut Jabar. Predikatnya Duta Petani Milenial. Beragam hasil buah  utamanya Jeruk Garut dan hortikultura sayuran diproduksi, sekaligus mereplikasikan profesinya ke adik - adiknya dan masyarakat sekitarnya. Seolah memberi harapan baru dan segar dengan pola pikirnya yang jauh beda. Karena sering mewakili petani muda Indonesia ke berbagai negara.

2. Ketut Dharmawan (Sarjana Peternakan). Di Kab. Klungkung Bali. Pemilik sapi sekitar 100 ekor indukan, pabrik pupuk organik dan sayuran yang dipasarkan ke hotel - hotel di Bali. Beragam penghargaan dipajang berjejer di dinding tanda telah banyak mengukir prestasi emasnya. Lokasinya jadi tempat magang, paling suka jika sudah berhasil mereplikasikan profesinya. Bersahaja tapi sangat produktif.

3. Tri Satria Utama. (Sarjana Pertanian). Lokasinya di Kab. Kudus Jateng. Jadi pembina komunitas petani padi organik dikemas dengan teknologi vakum. Dipasarkan ke berbagai daerah hingga tidak berimbang antara permintaan dan daya suplai dari masyarakat petani binaannya, slalu kurang barangnya. Auranya juga penuh semangat mengajak kaum muda di sekitarnya, tentu juga meyakinkan adik - adiknya di kampus.

4. Hadi Apriliawan (Sarjana Teknologi Pertanian). Lokasinya di Malang Jatim. Pemilik pabrik mesin - mesin inovasi membumi tepat guna. Karyawannya ratusan orang. Karyanya banyak diekspor dan beredar di berbagai wilayah Indonesia. Intinya apapun masalah masyarakat selalu diberi solusi dengan tekonologi inovasinya. Berulang kali juara nasional lomba inovasi. Tanpa banyak bicara, agar fakta yang mewakilinya. Membanggakan.

Tentu masih banyak lagi baik yang sudah saya kenal ataupun yang belum.

*Tapi itu masih kurang sangat - sangat banyak jumlahnya. Sekali lagi, kurang banyak lagi jumlahnya.*


Salam Inovasi 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani

Comments

Popular posts from this blog

Silahkan Impor, Tapi Perhatikan Juga Dampaknya

MENGURAI DAMPAK IMPOR Wayan Supadno Sesungguhnya ekspor impor adalah hal biasa karena hanyalah proses perdagangan antar negara karena tak kan mungkin satu negara mampu memenuhi semua kebutuhannya oleh dirinya sendiri (total swasembada). Pasti sebagian kebutuhannya harus tergantung dari negara lain (impor). Hanya akan jadi masalah jika nilai impornya lebih besar dari nilai ekspornya. Defisit. Cadangan devisa beresiko. Proses terjadinya impor normatif akibat dari banyak hal. Di antaranya saat daya pasokan kurang dibandingkan jumlah kebutuhan, saat harga impor jauh lebih murah dari pada harga barang yang ada di dalam negeri.  Tentu menjadikan hal tersebut berdampak bukan hanya pada neraca perdagan saja. Tapi juga berdampak pada makin meluasnya angkatan kerja di luar negeri. Sekaligus menyempitkan angkatan kerja di dalam negeri terkait barang tersebut. Pernyataan di atas dulu sering kali disampaikan oleh Bp BJ Habibie. Contoh sedehananya : 1. Gula, kita impor 7 juta to...

Dampak Inflasi terhadap Iklim Usaha

PROBLEMATIKA IKLIM USAHA Prinsipnya, saya pribadi sangat memahami jika pemerintah berusaha mengendalikan agar harga pangan stabil tetap bisa kompetitif murah wajar. Agar inflasi tidak naik yang berdampak pada proses mengerek interest rate (suku bunga) bank. Dampak lanjutannya biaya produksi naik akibat upah kerja yang minta naik. Ekstrimnya lagi jika inflasi naik maka angka kemiskinan sulit diturunkan. Makin tidak kompetitif lagi. Kondisi seperti ini pasti sangat dihindari oleh semua pemimpin. Fokus pada biaya pembiayaan yang kalau diaudit selama ini paling besar kontribusinya menaikkan angka inflasi adalah sektor pangan dan transportasi (BPS). Sehingga sering langkah cepatnya dengan cara impor pangan murah agar kembali turun. Inflasipun kembali stabil. Di balik proses itu semua, adanya harga pangan naik sesungguhnya karena jumlah pasokan (produksi) lebih sedikit dibanding permintaan pasar atau karena harga di dalam negeri jauh lebih mahal dari harga di luar negeri. Singkatn...

Bagaimana agar Bisnis Optimal ?

OPTIMALISASI PELUANG PADA RUAS - RUAS BISNIS Sekitar 1,5 tahun lalu, salah satu perusahaan besar sehat dan sudah _Tbk_. Mengadakan acara rapimnas sekaligus rakornas para penelitinya. Kebetulan saya dapat undangan ngisi acara diskusi hal pupuk hayati. Sungguh proses pembelajaran ilmu hikmah. Arus kas nya dibuka sehingga tahu persis cabang usaha mana yang paling produktif dan cabang usaha mana yang masih jadi benalu. Di antara yang memberi kontribusi diurai lagi secara hukum pareto., ketemulah yang paling besar kontribusinya. Pada kebunnya yang luas tersebut ternyata kontribusi terbesarnya dari pupuk hingga 60% nya dari total biaya produksinya. Lalu dibuatlah perusahaan yang tupoksinya membuat formula kebutuhan pupuk kimia, impor bahan jadi distop beralih membuat formula sendiri dan memelihara sapi sebagai pabrik pupuk organik. Hasilnya bisa menekan biaya lagi hingga 30% dibanding beli yang sudah jadi siap aplikasi. Bahkan kapasitas produksi pabrik formulanya ditingkatkan guna...