Selamat malam, setelah sekian lama blog ini vakum, kali ini saya akan mencoba menghidupkan kembali blog ini dengan memposting artikel yang dapat menambah wawasan Sahabat semua.
Baik langsung saja ke inti pembahasan yang berjudul " Gelar Kehormatan dari Masyarakat"
" Yang penting, seumur hidupku belum pernah menyebut diriku Kyai, kalaupun ada yang memanggilku Kyai, itu kan orang lain atau masyarakat dan bukan saya. Saya tidak perlu dikatakan pintar oleh orang lain, apalagi oleh saya sendiri. Terpenting dalam hidupku bisa memberi manfaat, langkahku beruntung dan hari esokku selamat ",
Itulah pesan dari Sesepuh agama yang pernah saya dengar 33 tahun silam di kesunyian malam. Rasanya, makjleb tertanam dalam memori saya hingga saat ini.
Hatiku saat itu, rasanya bahagia sekali karena dapat suri tauladan, seolah kami dipojokkan dengan kalimat bijaknya agar sadar dan makin tahu diri. Dengan begitu maka berusaha menahan dan mengendalikan diri. Kalau ibaratnya itu perguruan pencak silat, yang sudah jadi pendekar saja sangat mau rendah hati dengan refleksnya, bukan seolah seperti kemasan agar terkesan rendah hati santun. Apalagi yang masih sabuknya putih atau kuning seperti kami, ibaratnya ada lalat terbang saja sudah sibuk pamer mengeluarkan jurus dan pedang.
Malam itu ilmunya diwedar diurai tanpa batas, tiada kesan takut kelak bisa jadi peluang akan tersalip oleh yang menerima ilmunya. Ikhlas netes temetes bagai air bening embun di pagi hari jatuh silih berganti. Bait demi bait diurai, ditejemahkan dan dijabarkan dengan perumpamaan yang teramat mudah dipahami. Diantaranya ;
1. Matun padi. Sesungguhnya bukan sekedar proses menyiangi padi agar rumput gulma pengganggu padi tiada. Ada kalanya ada proses agar sebagian akar padi putus. Agar bercabang lebih banyak lagi lalu peran akar bisa maksimal setia mencari sari makanan untuk nama besarnya padi. Putusnya akar bagai kritikan, sesaat mungkin terasa sakit apalagi kalau selalu memakai perasaan. Tapi manfaatnya nikmat luar biasa.
2. Rumpun bambu.
Proses hidupnya selepas ditanam tak kan pernah langsung menjulang tinggi agar terkesan paling menonjol di antara sekitarnya. Selalu memperkuat pondasi memperbanyak akar hingga tahun - tahun pertama. Seusai itu barulah menjulang tinggi, sekalipun terhempas angin jarang yang roboh karena kompak dan lentur mau merunduk saat cobaan angin datang. Kadang yang bengkok ditebang duluan, kadang yang lurus dan bahkan kadang yang masih muda rebungpun ditebang untuk sayur dapur. Tergantung pemilik Nya.
#Catatan Wayan Supadno
Comments
Post a Comment