POLITIK BISNIS ASING YANG MENJEBAK INDONESIA
*Jika kita mengendarai mobil/motor mau selamat ke depannya maka sesekali harus mau melihat spion. Jika kita mau pantas pas memakai sandamg maka harus mau sesekali bercermin sambil menimbang badan agar tahu dirinya.*
Pasti kita ingat betapa kita dulu jaya klas dunia pada beberapa komoditas dan sekarang makin lepas kejayaan itu hingga meningkatnya jumlah ketergantungan kita terhadap produk impor pada komoditas yang dulu jaya tersebut.
Problematika di atas karena multi sebab dan bukan semata - mata karena kekalahan dalam bersaing dalam hal teknologi inovasi kita. Besar kemungkinan karena kalahnya taktis, strategi dan politik bisnis negara asing. Pihak asing terlalu banyak terlibat urusan strategi makro Indinesia sejak puluhan tahun silam.
Jika mereka tidak bisa campur tangan membuat kebijakan makro di Indonesia maka membuat kampanye negatif menyerang dengan sasaran bidik komoditas targetnya. Pendek kata kalau tidak bisa frontal maka melambung, jika tidak bisa juga melambung maka gerilya.Intinya harus menang bagi asing.
Contoh korbannya adalah :
1. Gula tebu, dulu tahun 1930 kita juara 2 dunia, tapi kini impornya 7 juta ton/tahun. Makin dahsyatnya gula Indonesia kalah telak akibat campur tangan IMF sekitar tahun 1998. Lembaga Puslitnya makin merana tampilannya dan sama sekali tidak menggambarkan lembaga itu tempatnya para pakar/ahlu gula tebu dan asetnya milik negara. Menyedihkan sekali.
2. Tembakau, dulu legendaris klas dunia. Tembakau Deli misalnya tinggal kenangan saja. Kini kita impor tembakau besar - besaran dan makin besar lagi. b
Bahkan pabrik - pabrik rokok terbesar sahamnya milik asing. Akibat kampanye negatif hal rokok dan lainnya. Padahal pabriknya makin menggurita dan jadi raksasa sejak milik asing.
3. Kelapa, dulu karena luasnya dengan sangat besar produktivitaanya hingga Indonesia dapat predikat negeri nyiur melambai, tapi kini luasnya makin susut dari 4,6 juta ha tinggal 4,2 juta ha. Itupun 88% usia hampir afkir tidak produktif. Kita harus sesegera mungkin menanam massal sebelum kelapa jadi langka beberapa tahun ke depan. Kisah kelapa terbengkalai akibat asing berkampanye negatif minyak kelapa tidak sehat pemicu naiknya kolerlsterol 1990.
4. Sawit, merupakan tulang punggung ekonomi Indonesia. Kontributor devisa terbesar hingga Rp 320 triltun tahun 2018. Lalu diikuti karet dan kelapa. Komoditas sawit juga jadi target mau dikuasi asing baik lahan, pabrik maupun pasarnya. Berulang kali dapat serangan kampamye negatif peluru serbunya hal kesehatan dan lingkungan hidup. Tapi tetap selamat bahkan makin naik daun saja harga pamornya sejak program bioenergi berkat inovasi karya anak bangsa sendiri.
Akankah kita mau terjebak asing lagi dengan memusuhi sawit milik kita ?
Salam Cintai Negeri 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
Comments
Post a Comment