Skip to main content

Kegalauan Sarjana Pertanian

HAL SARJANA PERTANIAN
(BUKAN FATAMORGANA TAPI DATA FAKTA)

*" Terus berikan kami masukan positif dan tetaplah suarakan kebaikan. Kami tidak mau saatnya nanti para pemimpin birokrasi hingga tingkat menteri dan pengusahanya, justru bukan dimiliki oleh orang yang bukan sarjana pertanian, perikanan dan peternakan. Akibat dari menurunnya minat anak muda kuliah pada fakuktas tersebut dan yang sudah diwisudapun tidak mau konsisten menekuni usaha sesuai ilmunya ". Itulah pernyataan Bp Rektor Kampus Ternama Klas Dunia menyampaikan ke saya pada sebuah Kongres di JCC Jakarta beberapa tahun silam, kebetulan saya diminta jadi salah satu narasumbernya ".*

Rasanya saya makin hormat kepada beliau. Positif, onyektif  dan berpikir jauh ke depan bukan hanya sekedar agar jabatannya aman. Beda jauh dibandingkan umumnya ahli. Rata - rata  _ngeles_ mencari pembenaran atas kesalahan agar selalu dapat pujian. Beliau beda sekali.  Bahkan membuat ilustrasi jika saat ini kita tidak punya anak didik di bidang itu maka sama artinya kita ke depan kekurangan pakar pertanian. Saya pribadi tidak akan heran jika Menterinya, Kepala Dinasnya dan puncak pimpinan lainnya kelak bukan sarjana pertanian. Ternyata saat ini terbukti ramalan itu.

Jika saat ini kita tidak punya banyak intelektual pertanian sebagai pemula pelaku usaha berusia muda pada sektor pertanian sama artinya ke depan kita tidak punya pengusaha klas besar senior di bidang itu.  Juga pertanda makin sedikit testimoni kesuksesan maka kita akan makin kekurangan daya rangsang untuk latah berbuat hal sama. Pengusaha asing kekurangan pesaing pengusaha dalam negeri di republik kita ini. Jika itu terus terjadi sesungguhnya kerugian sangat besar bagi negara kita. Ingat. Ujarnya top posisi bukan manajer malainkan owner (pemilik).

Untuk itu, dibutuhkan sebanyak mungkin agen perubahan. Agen penyemangat dengan keteladanan nyata di lapangan. Menyuarakan ajakan atas dasar pengalamannya agar masyarakat tahu bahwa masa depan dunia usaha pertanian sangat menjanjikan. Dasarnya fakta empiris. Lalu, saya juga dapat masukan dari Pak Rektor bahwa hampir 10 orang terkaya di Indonesia semuanya usaha pada bidang pertanian, perkrbunan dan peternakan. Begitu juga 10 negara - negara maju sedunia bisa dipastikan sukses pada sektor pertanian.

Hal sangat sederhana saya tanyakan :

Yang jadi menteri pertanian dan menteri perikanan apa latar belakangnya dan pertanda apa. ?

1. Berapa banyak dari 100 orang petani jeruk di atas 5 ha yang sarjana pertanian ?

2. Berapa banyak dari 100 orang petani sawit luas minimal 100 ha yang sarjana pertanian ?

3. Berapa banyak dari 100 peternak sapi yang kapasitasnya 500 ekor yang sarjana peternakan ?

4. Berapa banyak  dari 100 pencetak kebun/sawah minimal 100 ha yang sarjana pertanian ?

5. Berapa banyak dari 100 orang pemilik pabrik pakan ternak yang sarjana peternakan ?

_*Sebaliknya berapa banyak dari 100 orang yang jadi karyawan bank dari sarjana pertanian ?*_

Salam Integritas 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani

Comments

Popular posts from this blog

Bank dipersembahkan untuk pelaku Usaha

MEMAHAMI MAUNYA PERBANKAN Baru - baru ini Pemerintah meluncurkan program yang jadi perbincangan publik. Yaitu suku bunga bank yang rendah. Maksud tujuannya pasti guna merangsang agar makin banyak partisipasi masyarakat dalam upaya melahirkan pelaku usaha (wirausahawan/pengusaha) baru. Ilustrasinya .. Karena  program tersebut akan makin tercipta iklim usaha makin sehat lalu ada pemain  pelaku baru di dunia usaha, maka dampaknya ; 1. Andaikan terlahir 1 juta pengusaha baru lalu 1 orangnya merekrut pekerja 6 orang saja maka total tenaga terserap 7 juta orang. Maka habislah jumlah pengangguran saat ini yang 6,8 juta orang (BPS). Ini multiplier effect nya juga ke indek pembangunan manusia Indonesia. 2. Andaikan 1 juta pengusaha baru memutar dana di bank jadi ekonomi rill Rp 500 juta/orang usaha. Maka dana berputar Rp 500 milyar/bulan. Jika nilai tambahnya buat masyarakat pelaku 5% saja maka Rp 25 milyar/bulan. Jika selama 5 tahun maka dampaknya akan kuadran. Tentu masih banyak la

Pentingnya Bimbingan Wirausaha Bagi Anak

ILMU HIKMAH IMPROVISASI DIRI SEJAK DINI Setahun lalu, saya terperangah kaget sekitar jam-jam segini, jam 10 pagi. Di rumah saya di Kota Wisata Cibubur. Anak - anak SMA yang satu sekolah dengan anak saya, mereka datang berlima. Kompak solid mau berbuat sesuatu dengan pakaian olah raga mau mencari dana. Mereka menawarkan jasa mau menyuci mobil saya, agar dapat uang jasa. Karena oleh sekolahnya dapat tugas pada akhir semester harus punya kegiatan sosial salah satunya pentas seni. Tapi dilarang keras minta bantuan dengan segala macam propposal ke banyak tempat. Mereka Harus mandiri. Lihat lebih banyak praktek wirausaha siswa SMK Dana untuk acara tersebut harus dari keringatnya di luar jam sekolah. Misal membersihkan mobil, memasarkan produk tertentu dan lain sebagainya. Padahal saya tahu persis mereka adalah dari keluarga menengah ke atas semuanya. Mereka diantar sopir pribadi orang tuanya. Akhirnya saya persilahkan, anak saya brserta teman - temannya menyuci mobil saya lalu barul

Akar Dunia Usaha

MELATIH KEKUATAN AKAR DUNIA USAHA Sekitar tahun 1996, sekalipun usaha saya yang dari nol baru berusia satu tahun pertama kali tertipu relasi (purel) lalu rugi dan bangkrut. Salah satu usahanya mengumpulkan benih kacang - kacangan penutup lahan kelapa sawit muda (cover crops Puraria Javanica/PJ). Di Pematang Siantar Sumut tempat saya berdinas militer pertama kali seusai dilantik di Magelang merupakan sentra tanaman tersebut, di lahan milik PTPN IV. Masyarakat pada memanen lalu saya salah satu jadi pengepul dan dijual lagi di antaranya ke Pekanbaru Riau dan Palembang Sumsel, wilayah tersebut sebagai pengembangan sawit saat itu. Menyenangkan sekali karena melibatkan ekonomi masyarakat kecil secara besar - besaran. Bermanfaat. Sepulang dinas sore hari saya keliling untuk ke para pemetik tersebut dengan sepeda motor tua Vespa Kongo 1963. Jika sudah banyak mereka mengantar ke rumah dinas saya. Sekitar tiga kali mengirim ke Pekanbaru lancar. Kiriman ke empat kalinya, pembelinya minta