Skip to main content

Mengapa Jumlah Pengusaha Meningkat?

KULASI LOGIS DAMPAK KURANGNYA WIRAUSAHAWAN


Banyak pendapat bahwa makin banyak prosentasenya jumlah wirausahawan/pengusaha di suatu bangsa,  maka makin cepatlah majunya perkembangan ekonomi bangsa tersebut.

Menurut data Kementrian UKM dan Koperasi tahun 2019 jumlah wirausahawan di Indonesia sudah naik jadi 3,1% dari total penduduknya. Yang pada 3 tahun sebelumnya dilaporkan hanya 1,67% saja.

Padahal idealnya minimal 5%. Artinya masih minimal kurang 2% lagi dari total penduduk kita 270 juta pada saat ini atau setara dengan 5,4 juta orang lagi. Jumlah yang masih sangat besar.

Jika dibandingkan dengan negara lain misaal Malaysia 5%, Singapura 8%, Jepang 10 dan Amrerika Serikat 12% dari total penduduknya. Yang lagi naik tajam adalah RRC, Korea Selatan dan Vietnam.

Jika dilihat dari perannya wirausahawan sangat banyak, sehingga hampir semua bangsa di atas bumi berlomba untuk mendidiknya sebanyak dan secepat mungkin. Kecepatan inilah yang jadi parameter utama dalam keberhasilannya.

Contoh konkretnya RRC sejak puluhan tahun silam ada gerakan sarjana jadi wirausahawan inovatif. Sekarang dampaknya nyata, tahun 1978 angka kemiskinan 94% tapi saat ini hanya 4% saja. Strateginya tranformasi inovasi anak muda pedesaan.

Terkolektif RRC saat ini  jadi negara pemilik predikat kekuatan ekonomi ke 2 di dunia. Fakum raksasa segala komoditas diproses dengan inovatif lalu dipasarkan kembali ke seluruh dunia. Hampir semua produknya paling kompetitif dibamding produk manapun juga.

Karena begitu strategisnya, jika kurang maka harus impor wirausahawan yang biasa disebut penanaman modal asing (PMA). Ini konsekuensinya besar sekali bahkan bisa jangka panjang, salah satunya kapital terbang ke luar negeri dari sebagian laba dana yang diinvestasikannya di Indonesia.

Peran wirausahawan di antaranya sebagai lokomotif perekonomian, pencetak lapangan kerja, kontributor pajak dan devisa, mendongkrak pertumbuhan perekonomian, pemberdaya kekayaan alam, pengisi pangsa pasar dan tak kalah pentingnya sebagai penyerap pengguna hasil inovasi para peneliti.

Ilustrasi sederhananya..

Jika terbentuk wirausahawan baru sesuai target minimal 5;4 juta saja. Mereka menyerap 5 orang pengangguran tiap wirausahawan maka setara 27 juta orang, praktis tiada lagi pengamgguran karena saat ini pengangguran tinggal 6,8 juta (BPS).

Jika gaji 27 juta orang tersebut Rp 60 juta/orang/tahun maka setara menyebar meningkatkan kesejahteraan masyarakat Rp 1600 trilyun/tahun. Ini akan terpakai untuk membangun sumber daya manusia secara madani. Tentu masih banyak lagi dampaknya ternasuk ke pajak, devisa, nilai tambah laba dan manfaat nyata.

Andakan 5,4 juta wirausahawan baru tersebut rerata menjadikan dana perbankan produktif Rp 1 milyar/bulan dengan profit margin 5% saja maka Rp 50 juta/orang/bulan. Jika dikalikan 5,4 juta orang lalu selama 10 tahun maka luar biasa banyak dampaknya.

Begitu juga jika pajaknya mau dihitung lagi. Apalagi kalau sebagian jadi eksportir atau produksi bahan ekspor maka jadi nilai tambah sangat dahsayat jumlahnya. Wajar sekali kalau setiap Kepala Negara selalu berusaha membangun SDM wirausahawan sebanyaknya karena pasti tidak bisa goal banyak juga. Banyak yang gagal mewujudkan mimpi. Termasuk di Indonesia.

Apakah masih mau menyalahkan pihak lain jika kekayaan alam, pangsa pasar dan aset produksi banyak  di Indonesia dikuasi PMA (pengusaha impor). Lalu sebagian labanya terbang kembali ke negara pemilik dan asalnya. Solusinya tak cukup resah menyalahkan. Ikut berbuat mendidik diri dan orang lain jadi wirausahawan.

Bangunlah Jiwa Raganya
Oleh;
Wayan Supadno
Pak Tani

Comments

Popular posts from this blog

Dampak Inflasi terhadap Iklim Usaha

PROBLEMATIKA IKLIM USAHA Prinsipnya, saya pribadi sangat memahami jika pemerintah berusaha mengendalikan agar harga pangan stabil tetap bisa kompetitif murah wajar. Agar inflasi tidak naik yang berdampak pada proses mengerek interest rate (suku bunga) bank. Dampak lanjutannya biaya produksi naik akibat upah kerja yang minta naik. Ekstrimnya lagi jika inflasi naik maka angka kemiskinan sulit diturunkan. Makin tidak kompetitif lagi. Kondisi seperti ini pasti sangat dihindari oleh semua pemimpin. Fokus pada biaya pembiayaan yang kalau diaudit selama ini paling besar kontribusinya menaikkan angka inflasi adalah sektor pangan dan transportasi (BPS). Sehingga sering langkah cepatnya dengan cara impor pangan murah agar kembali turun. Inflasipun kembali stabil. Di balik proses itu semua, adanya harga pangan naik sesungguhnya karena jumlah pasokan (produksi) lebih sedikit dibanding permintaan pasar atau karena harga di dalam negeri jauh lebih mahal dari harga di luar negeri. Singkatn...

Hindari Hal Ini Agar Terhindar Dari Banjir

Sebuah Percikan Permenungan: JANGAN MERUSAK LINGKUNGAN! Banjir di Jabodetabek kembali hadir menyambut datangnya tahun 2020. Dampak banjir ini sudah menelan korban jiwa sebanyak 9 orang wafat dan ribuan yang mengungsi di berbagai tempat serta kerugian harta benda. Sebab musabab musibah banjir pun menjadi perbincangan hangat di media sosial. Kerusakan lingkungan akibat eksploitasi (80%) material Reklamasi Teluk Jakarta yang diambil di Bogor, buruknya manajemen drainase, perilaku masyarakat yang membuang sampah sembarangan dan pembangunan yang tak ramah lingkungan diperkirakan berkontribusi menjadi faktor penyebab  banjir tersebut selain tingginya curah hujan di Jabodetabek. Ada baiknya, kita semua melakukan introspeksi untuk  merenungkan "Warning" dari Penguasa Alam Semesta ini, "Laa tufsidu fil ard". Janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi! Curah hujan yang tinggi  bukanlah alasan utama penyebab banjir karena pada hakekatnya air hujan diturunkan ...

Ideoligi Pancasila dalam Teori Analisis Sistem Politik

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Indonesa sebagai Negara yang merupakan salah satu dari sekian banyak Negara di dunia yang menganut system Demokrasi. Karena Negara demokrasi telah di anggap sebagai sebuah ideology yang pantas di terapkan di Negara yang sudah berusia 69 tahun ini, sehingga rakyat adalah sumber kekuatan terbesar dalam Negara Demokrasi. Sebagaimana selogannya “Dari Rakyat, oleh Rakyat dan Untuk Rakyat”, sehingga untuk menentukan pemimpin di tingkat daerah, provinsi maupun pusat ada proses pemilihan yang dilakukan langsung oleh rakyat itu sendiri atau biasa disebut Pemilu. Dalam pemilu terakhir kemarin yaitu pada masa pemilihan Presiden 2014, banyak polemic di tubuh Negara Indonesia. Khususnya terkait masalah hukum atau undang-undang yang terkait pemerintahan pusat maupun pemerintahan daerah. Dan hingga saat ini pergulatan yang belum selesai di tubuh parlemen kita yakni dua kubu yang semasa pemilu presiden 2014 belum mampu berdamai juga. Ku...